Senin, 26 Maret 2012

makalh "KAJIAN ANTROPOLOGI DENGAN KEBERADAAN ANTROPOLOGI DI MASA KINI SERTA MASA YANG AKAN DATANG"


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari manusia. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri. Oleh karena itulah, antropolologi dipelajari untuk mengetahui gejala-gejala yang membuat perubahan sifat, keteraturan kehidupan dan sebab-sebab mengapa hal itu dapat terjadi. Kita akan memahami seberapa besar sumbangan antropologi baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat serta bagaimana peran antropologi di masa yang akan datang.
Oleh sebab itulah kita harus membahas tentang seluk beluk atntropologi agar kita mengerti dan paham mengapa antropologi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk dipelajari.
B.     TUJUAN
Kali ini penulis akan mengulas materi-materi tentang antropologi, antara lain :
1.      Deskripsi  antropologi
2.      Pengertian antropologi
3.      Definisi antropologi menurut para ahli
4.      Objek, tujuan dan cabang ilmu antropologi
5.      Tujuan antropologi sebagai ilmu
6.      Sejarah
7.      Antropologi masa kini
8.      Masa depan antropologi




BAB I
PEMBAHASAN
A.    DESKRIPSI  ANTROPOLOGI
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
B.     Pengertian ANTROPOLOGI
Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Anthropology. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.

C.    Definisi Antropologi menurut para ahli
Definisi tentang antropologi banyak dikemukakan oleh orang-orang yang mempelajari antropologi. Menurut Kartika S. Hardjanti (Materi Ajaran Antropologi pada Suspan Sesko Angkatan tahun 2007), antara lain :
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2.      David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
3.      Koentjayaningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
4.      Ralfh L Beals dan Harry Hoijen : 1954: 2
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan semua apa yang dikerjakannya.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Dengan, demikain antropologi merupakan hal yang mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia.Dapat dilihat dari perkembang pada masa saat ini, yang merupakan salah dari fenomena- fenomena yang terjadi ditengah- tengah masyarakat sekarang ini.

D.    Objek, Tujuan dan Cabang Ilmu Antropologi
Objek dari antropologi menurut Kartika S. Hardjanti (Materi Ajaran Antropologi pada Suspan Sesko Angkatan tahun 2007) adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.
Antropologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani. Kata Anthropos berarti mansia dan logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi, antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia. Hal ini sesuai dengan definisi yang diberikan oleh M.J. Herskovits (1955). Dia mengatakan bahwa anthropology is the science of man.
Pusat perhatian/tujuan antropologi ditujukan pada lima hal berikut ini :
a.       Masalah perkembangan manusia sebagai mahluk biologis.
b.      Masalah sejarah terjadinya aneka warna mahluk manusia dipandang dari sudut cirri-ciri tubuhnya.
c.       Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia.
d.      Masalah persebaran dari terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia.
e.       Masalah dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dan suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh bumi pada zaman sekarang.
Macam-macam jenis cabang disiplin ilmu anak turunan antropologi (Koentjaraningrat: 1981 hal. 25) :
1.      Antropologi Fisik
a.       Paleoantrologi adalah bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang asal usul atau terjadinya dan perkembangan mahkluk manusia. Obyek penelitiannya adalah fosil manusia (sisa-sisa tubuh manusia yang telah membatu) yang terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.
b.      Somatologi adalah bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang variasi atau keanekaragaman ras manusia melalui cirri-ciri tubuh manusia secara keseluruhan (ciri-ciri genotipe dan fenotipe)


2.      Antropologi Budaya
a.       Prehistori adalah yang mempelajari tentang sejarah manusia dan penyebarannya melalui obyek penelitian artefak (benda-benda peninggalan).
b.      Etnolinguistik antrologi adalah yang mempelajari timbulnya bahasa, bagaimana terjadinya variasi dalam bahasa serta penyebaran bahasa umat manusia di dunia.
c.       Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas-asas manusia dengan meneliti seperangkat pola kebudayaan suatu suku bangsa yang menyebar di seluruh dunia. Obyek penelitiannya adalah pola kelakuan masyarakat ( adat istiadat, kekerabatan, kesenian, dsb) serta dinamika kebudayaan ( perubahan, pelembagaan dan interaksi).
d.      Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi.
e.       Antropologi sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat manusia. Antropologi social sering kali disebut antropologi social budaya karena masyarakat dan budaya merupakan satu kesatuan system yang tidak terpisahkan.
Dalam perkembangan selanjutnya, antropologi sosial budaya bergerak pula di bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan, hukum, politik, dsb.  Sehingga berkembanglah antropologi spesialisasi yang pada aplikasinya memunculkan antropologi terapan. Antropologi Terapan adalah antropologi yang langsung diaplikasikan karena dibutuhkan untuk keperluan tertentu.
3.      Antropologi Spesialisasi
a.       Antropologi Perkotaan
b.      Antropologi Ekonomi
c.       Antropologi Politik
d.      Antropologi Pendidikan
e.       Antropologi Kesehatan
f.       Antropologi Kesehatan Jiwa
g.      Antropologi Kependudukan
h.      Antropologi Terapan
i.        Antropologi Sosial Budaya

E.     Tujuan Antropologi sebagai ilmu
Secara akademis, Antropologi berusaha mencapai sebuah pemahaman tentang manusia secara fisik, manusia dalam masyarakatnya, dan manusia dengan kebudayaannya. Secara praktis, Antropologi berusaha membangun suatu pandangan bahwa perbedaan manusia dan kebudayaannya merupakan suatu hal yang harus dapat diterima, bukan sebagai sumber konflik tetapi sebagai sumber pemahaman baru, agar secara terus-menerus manusia dapat merefleksikan dirinya. Secara praktis, kajian ilmu Antropologi dapat digunakan untuk membangun masyarakat dan kebudayaannya tanpa harus membuat masyarakat dan kebudayaan itu, kehilangan identitas atau tersingkir dari peradaban.

F.     Sejarah
Seperti halnya sosiologi, antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.
Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:
1.      Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
2.      Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3.      Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
4.      Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

G.    ANTROPOLOGI MASA KINI
Pebedaan-Perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah. Uraian mengenai keempat fase perkembangan ilmu antropologi di atas tadi adalah perlu untuk suatu pengertian tentang tujuan dan ruang-lingkupnya.
Antropologi di Amerika Serikat ilmu antropologi telah memakai dan mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan metode dari ilmu antropologi dalam fasenya yang pertama, kedua, ketiga, ditambah dengan berbagai spesialisasi.
Antropologi di Inggris serta negara-negara yang ada di bawah pengaruhnya, seperti Australia, Ilmu antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga masih dilakukan, tetapi dengan hilangnya daerah-daerah jajahan Inggris.
Antropologi di Eropa Tengah seperti Jerman, Austria dan swiss, hingga hanya kira-kira 15 tahun yang lalu ilmu antropologi di sana masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa untuk mencapai pengertian tentang sejarah.
Antropologi di Eropa Utara, di negara-negara Skandinavia, ilmu antropologi untuk sebagian bersifat akademikal seperti di Jerman dan Austria.
Antropologi di Uni Soviet perkembangan ilmu antropologi tidak banyak dikenal di pusat-pusat ilmiah lain di dunia, karena Uni Soviet hingga kira-kira sekitar tahun 1960 memang seolah-olah mengisolasikan diri dari dunia lainnya.

H.    MASA DEPAN ANTROPOLOGI
Setiap kajian antropologi yang pernah dilakukan selalu berusaha untuk memahami kebudayaan dari masyarakat yang dipelajarinya. Oleh karena itu, dalam antropologi, kebudayaan merupakan konsep sentral. Hanya dalam perkembangannya, kini konsep kebudayaan tidak sekedar merupakan alat untuk mendeskripsikan atau alat untuk mengumpulkan data-data kebudayaan tetapi lebih ke arah sebagai “alat analisis”.
Konsep yang mendasar dalam hal ini adalah “kebudayaan” dan “adaptasi”. Dalam hal ini, adaptasi adalah berkenaan dengan bagaimana manusia mengatur hidupnya untuk menghadapi berbagai kemungkinan di dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan-kebutuhan dan hambatan-hambatan dalam memenuhinya menuntut manusia untuk beradaptasi. Manusia harus mampu memelihara keseimbangan yang terus-menerus berubah antara kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan potensi yang terdapat di lingkungan di mana dia tinggal dan hidup. Menghadapi berbagai kemungkinan tersebut dalam menjalani hidup inilah yang menjadi tugas utama sebuah “kebudayaan”.
Kebudayaan memang tampaknya sangat stabil. Namun, sebenarnya, sedikit atau banyak, perubahan merupakan karakteristik utama dari semua kebudayaan. Baik itu kebudayaan dari masyarakat maju, maupun kebudayaan dari masyarakat yang sedang berkembang atau masyarakat tradisional. Selain itu, karena kebudayaan mempunyai tugas utama untuk membuat manusia sanggup menghadapi berbagai kemungkinan yang terus menerus berubah dalam menjalani hidup ini maka semua masyarakat manusia yang masih eksis di muka bumi ini mempunyai kebudayaan tanpa kecuali. Di samping itu, sudah selayaknya bila dikatakan bahwa kebudayaan tertentu adalah yang paling sesuai bagi masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu pula tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi atau lebih baik dari kebudayaan lainnya.
Sementara itu, sebuah kebudayaan juga perlu memelihara eksistensi dirinya. Kebudayaan, dalam menjaga keberlangsungannya adalah dengan cara menciptakan tradisi-tradisi, seperti yang terdapat pada berbagai pranata-pranata sosial yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Dengan kata lain, kebudayaan mengoperasionalkan model-model pengetahuan yang dimilikinya ke dalam pranata-pranata sosial. Ada pranata perkawinan, pranata agama, pranata pendidikan, pranata politik dan sebagainya.
Sedangkan hubungannya dengan “struktur sosial”, pranata-pranata sosial ini berfungsi sebagai pengontrol dalam menjaga keberlangsungan struktur-struktur sosial yang bersumber pada kebudayaan. Selain itu, kebudayaan memberi ‘warna’ atau ‘karakter’ terhadap struktur-struktur sosial yang ada sehingga struktur-struktur sosial yang terdapat pada kebudayaan tertentu akan tampak ‘khas’ bila dibandingkan dengan struktur-struktur sosial yang terdapat pada kebudayaan yang berbeda. Dengan demikian, struktur sosial merupakan ‘operasionalisasi’ dari pranata-pranata sosial – yang telah disesuaikan dengan lingkungan-lingkungan sosial yang ada dalam kehidupan nyata pendukung kebudayaan yang bersangkutan.


BAB III
KESIMPULAN
1.      Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal"). Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
2.      Menurut Koentjayaningrat, antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
3.      Pusat perhatian/tujuan antropologi ditujukan pada lima hal, yaitu : masalah perkembangan manusia sebagai mahluk biologis, masalah  sejarah terjadinya aneka warna mahluk manusia dipandang dari sudut cirri-ciri tubuhnya, masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia, masalah persebaran dari terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia, masalah dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dan suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh bumi pada zaman sekarang.
4.      Macam-macam jenis cabang disiplin ilmu anak turunan antropologi (Koentjaraningrat: 1981 hal. 25), yaitu : antropologi fisik, antropologi budaya dan antropologi spesialisasi.


DAFTAR PUSTAKA

——-, 1998.Pengantar Antropologi II, Pokok Pokok Etnografi. Jakarta : Rineka Cipta
Haviland, William, A.Antropologi, Jilid 1, terjemahan. Jakarta:  Erlangga
Ihromi, T.O., 1980. Pokok-Pokok Antropolog. Jakarta : PT Gramedia
Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi. Jakarta : PT  Rineka Cipta
Koentjaraningrat.1980.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Aksara Baru
 Koentjaraningrat.1990.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
http://en.wikipedia.org/wiki/Anthropology

makalah "ANTROPOLOGI PENDIDIKAN DAN KETERKAITANNYA DENGAN KEBUDAYAAN"


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Setelah dasawarsa terakhir ini semakin banyak diperlukan keahlian dalam antropologi untuk meneliti masalah – masalah pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi. Antropologi pendidikan apabila dihadirkan sebagai suatu materi kajian, maka yang dikaji adalah penggunaan teori-teori dan metode-metode yang digunakannya.
Dalam hubungan ini ada antropologi ekonomi, antropologi politik, antropologi kebudayaan, antropologi agama, antropologi pendidikan, antropologi perkotaan, dan lain sebagainya.
Dalam makalah ini penyusun mencoba untuk menjabarkan beberapa hal yang berhubungan dengan antropologi pendidikan.

B.     TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini secara umum adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui definisi dari Antropologi Pendidikan.
2.      Mengetahui ruang lingkup kajian Antropologi Pendidikan.
3.      Mengetahui keterkaitan Anropologi dengan Kebudayaan

4.       
BAB I
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN ANTROPOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Disiplin antropologi, sebagaimana yang kita kenal adalah produk peradaban barat yang relatif baru. Di Amerika Serikat misalnya, kuliah antropologi umum yang diberi kredit di College Universitas, diberi di Universitas Vermont itupun baru pada tahun 1886. Seiring dengan publikasi karya-karya teoritis Auguste Comte, pada tahun 1830, pengaruh sosiologi semakin besar dalam perkembangan antropologi. Dalam waktu singkat, antropologi mulai dipengaruhi teori-teori Darwin serta teori evolusi biologis. Begitu pula metodologi dan teori perbandingan hukum perlahan menerapkan pengaruhnya dalam kajian antropologi.
Lebih jauh, melalui karya-karya Lewis H. Morgan dan Edward B. Taylor, antropologi berkembang seperti sekarang ini. Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia, dan “logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistic dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada  perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan manjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang sering kali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal. Definisi antropologi menurut para ahli yaitu:
1.      Wiliam A. Haviland, Antropologi adalah studi tentang manusia, berusahamenyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusi adan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2.      David Hunter, Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
3.      Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Secara umum, Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Sedangkan Antropologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis berdasarkan konsep-konsep dan pendekatan Antropologi.
B.     OBYEK KAJIAN DAN HUBUNGAN ANTARA SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat, dan kita juga tahu masyarakat sudah pasti berkebudayaan, namun perlu diingat antara masyarakat dan kebudayaan tidak sama, tetapi berhubungan erat. Dalam hal ini masyarakat menjadi kajian pokok sosiologi dan kebudayaan menjadi kajian pokok antropologi. Hal ini disebabkan hubungan erat antara kebudayaan dan masyarakat diibaratkan semut dan lebah bermasyarakat, tetapi tidak berkebudayaan. Sehingga daapt ditarik kesimpulan bahwa masyarakat lebih mendasar dan merupakan tanah dimana kebudayaan itu tumbuh.
Kebudayaan selalu berbentuk atau bercorak sesuai dengan masyarakatnya. Menurut Ralph Linton, kata masyarakat menunjuk pada segolongan manusia yang pandai dan bekerja sama, sedangkan kata kebudayaan menunjuk pada cara hidup yang khas dari golongan manusia tersebut. Dengan kata lain, masyarakat merupakan fungsi-fungsi yang asasi dalam hubungan manusia, sedangkan kebudayaan adalah cara fungsi itu dilaksanakan.
Masyarakat berhubungan dengan susunan dan proses hubungan antar manusia dan golongan, kebudayaan berhubungan dengan isi corak dengan hubungan yang ada. Karena itu, keduanya baik masyarakat dan kebudayaan penting bagi sosiologi dan antropologi. Hanya saja, penekanan antara keduanya berbeda. Kedua spesialisasi ini sering digabungkan menjadi satuan bagian.
Adapun bidang yang menjadi bahan kajian antara sosiologi dan antropologi  meliputi hal-hal berikut :
1.      Sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis.
2.      Sejarah terjadinya berbagai bahasa manusia diseluruh dunia dan penyebarannya.
3.      Masalah terjadinya persebaran dan perkembangan berbagai kehidupan diseluruh dunia.. Masalah dasar kebudayaan dalam kehidupan manusia dari suku-suku bangsa yang tersebar dimuka bumi sampai sekarang.

C.    ANTROPOLOGI DAN PENDIDIKAN
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung sistem penjajahan atas negara-negara di luar eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang sedang membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna.
Demikianlah maka antropologi dipecah-pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi masing-masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian-bagian tertentu dalam antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli-ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat-sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian, yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi – spesialisasi, termasuk Antropologi Pendidikan. Seperti halnya kajian antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan. Studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi termuda dalam antropologi.
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan diluar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
G.D. Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan antropologi terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah pengetahuan empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan social budayanya. Teori khusus dan percobaan yang terpisah tidak akan menghasilkan disiplin antropologi pendidikan. Pada dasarnya, antropologi pendidikan mestilah merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropolog terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan.(Imran Manan, 1989)

Dengan mempelajari metode pendidikan kebudayaan maka antropologi bermanfaat bagi pendidikan. Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat bersifat unik dan sukar untuk dibandingkan. Setiap penyelidikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi pendidikan.
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, sehingga antropolog menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat.
Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapangan oleh para antropolog. Tugas para pendidik bukan hanya mengeksploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.

D.    ANTROPOLOGI DAN KEBUDAYAAN
Makna kebudayaan seperti yang ada di dalam   http:/translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://what-when-how.com/social-and-cultural-anthropology/classical-studies-anthropology/ secara sederhana berarti semua cara hidup (ways of life) yang telah dikembangkan oleh anggota masyarakat. Dari prespektif lain kita bisa memandang suatu kebudayaan sebagai perilaku yang dipelajari dan dialami bersama (pikiran, tindakan, perasaan) dari suatu masyarakat tertentu termasuk artefak-artefaknya, dipelajari dalam arti bahwa perilaku tersebut disampaikan (transmitted) secara sosial, bukan diwariskan secara genetis dan dialami bersama dalam arti dipraktekkan baik oleh seluruh anggota masyarakat atau beberapa kelompok dalam suatu masyarakat.
Masyarakat merupakan suatu penduduk lokal yang bekerja sama dalam jangka waktu yang lama untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan kebudayaan merupakan cara hidup dari masyarakat tersebut atau hal-hal yang mereka pikirkan, rasakan dan kerjakan. Masyarakat mungkin saja memiliki satu kebudayaan jika masyarakat tersebut kecil, terpisah dan stabil.

E.     ISI KEBUDAYAAN
Pada dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan/aktivitas, gagasan/ide dan artefak yang diperoleh, dipelajari dan dialami. Kebudayaan dapat diklasifikasikan atas terknologi sebagai alat-alat yang digunakan, organisasi sosial sebagai kegiatan institusi kebudayaan dan ideologi yang menjadi pengetahuan atas kebudayaan tersebut.
Kebudayaan merupakan gabungan dari keseluruhan kesatuan yang ada dan tersusun secara unik sehingga dapat dipahami dan mengingat masyarakat pembentuknya. Setiap kebudayaan memiliki konfigurasi yang cocok dengan sikap-sikap dan kepercayaan dasar dari masyarakat, sehingga pada akhirnya membentuk sistem yang interdependen, dimana koherensinya lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan pembentuknya.
Kebudayaan dapat bersifat sistematis sehingga dapat menjadi selektif, menciptakan dan menyesuaikan menurut dasar-dasar dari konfigurasi tertentu. Kebudayaan akan lancar dan berkembang apabila terciptanya suatu integrasi yang saling berhubungan.
Dalam kebudayaan terdapat subsistem yang paling penting yaitu foci yang menjadi kumpulan pola perilaku yang menyerap banyak waktu dan tenaga. Apabila suatu kebudayaan makin terintegrasi maka fokus tersebut akan makin berkuasa terhadap pola perilaku dan makin berhubungan fokus tersebut satu dengan yang lainnya dan begitu pula sebaliknya.
 Kebudayaan akan rusak dan bahkan bisa hancur apabila perubahan yang terjadi terlalu dipaksakan, sehingga tidak sesuai dengan keadaan masyarakat tempat kebudayaan tersebut berkembang. Perubahan tersebut didorong oleh adanya tingkat integrasi yang tinggi dalam kebudayaan. Apabila tidak terintegrasi maka kebudayaan tersebut akan mudah menyerap serangkaian inovasi sehingga dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.

F.      SIFAT KEBUDAYAAN
Kebudayaan yang berkembang pada masyarakat memiliki sifat seperti:
1.      Bersifat organik dan superorganik karena berakar pada organ manusia dan juga karena kebudayaan terus hidup melampaui generasi tertentu.
2.      Bersifat terlihat (overt) dan tersembunyi (covert) terlihat dalam tindakan dan benda, serta bersifat tersembunyi dalam aspek yang mesti diintegrasikan oleh tiap anggotanya.
3.      Bersifat eksplisit dan implisit berupa tindakan yang tergambar langsung oleh orang yang melaksanakannya dan hal-hal yang dianggap telah diketahui dan hal-hal tersebut tidak dapat diterangkan.
4.       Bersifat ideal dan manifest berupa tindakan yang harus dilakukannya serta tindakan-tindakan yang aktual.
5.      Bersifat stabil dan berubah yang diukur melalui elemen-elemen yang relatif stabil dan stabilitas terhadap elemen budaya.

G.    TEORI-TEORI KEBUDAYAAN
Ada tiga pandangan tentang kebudayaan, yakni:
1.      Superorganik
Kebudayaan adalah realitas super dan ada di atas dan di luar pendukung individualnya dan kebudayaan memiliki hukum-hukumnya sendiri. Inti pandangan superorganik adalah kebudayaan merupakan sebuah kenyataan sui generis, karena itu mesti dijelaskan dengan hukum-hukumnya sendiri.
Kebudayaan tidak mungkin diterangkan dengan menggunakan sumbernya sebagaimana sebuah molekul dimengerti hanya dengan jumlah atom-atomnya, sumber-sumber bisa menjelaskan bagaimana kebudayaan muncul, tetapi bukan kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan lebih daripada hasil kekuatan-kekuatan sosial dan ekonomi dan kebudayaan merupakan realitas yang menyebabkannya mungkin ada.
Pandangan superorganik mempunyai implikasi terhadap pendidikan. Yang pertama adalah bahwa pendidikan ialah sebuah proses mengontrol manusia dan membentuknya sesuai dengan tujuan kebudayaan. Kebijakan pendidikan ditentukan oleh individu-individu, tetapi individu-individu hanya alat melalui mana kekuatan-kekuatan budaya mencapai tujuannya. Jika kebudayaan menentukan perilaku anggota-anggotanya, kurikulum mesti dikembangkan atas kajian langsung dari keadaan kebudayaan sekarang dan masa depan.
Pandangan superorganik juga berimplikasi pada pengawasan pendidikan yang ketat dari pemerintah untuk menjamin bahwa guru-guru menanamkan dalam diri generasi muda atas gagasan-gagasan, sikap-sikap dan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kelanjutan kebudayaan.
2.      Konseptualis
Kebudayaan adalah sebuah konsep yang digunakan antropolog untuk menghimpun/menyatukan serangkaian fakta-fakta yang terpisah-pisah. Menurut kaum konseptualis, pada akhirnya semua kebudayaan mesti diterangkan secara sosial psikologis. Kebudayaan bukan dihasilkan dari kekuatan super human karena kebudayaan mendapatkan semua kualitas dari kepribadian dan interaksi dari kepribadian.
Pengikut konseptualis setuju bila anak-anak harus mempelajari warisan budaya sesuai dengan perhatiannya. Melalui pengalamannya sendiri dengan mengetes pengalaman belajarnya dan orang lain bila mendapat pandangan dan hal yang objektif mengenai kebudayaan.
3.      Realis
Kebudayaan adalah kedua-duanya, yaitu sebuah konsep dan entitas empiris. Kebudayaan adalah konsep dimana ia bangunan dari Antropologi dan kebudayaan sebuah entitas empiris yang menunjukkan cara mengorganisir fenomena-fenomena.
 Beberapa antropolog mempertahankan bahwa kebudayaan merupakan konsep dan realita yang berbentuk konstruk, bukan sebagai satu entitas yang bisa diamati tapi nyata karena tidak berbeda dalam mengamatinya.
Menurut kaum realis terhadap pendidikan adalah dengan menanamkan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan tertentu yang dipilih kebudayaan maka sistem pendidikan akan melatih individu untuk merubah kebudayaannya.

H.    TRANSMISI BUDAYA DAN PENDIDIKAN
Dalam kepustakaan antropologi pendidikan ditemukan beberapa konsep yang paling penting, yakni enculturation (pembudayaan/pewarisan), socialization (sosialisasi/pemasyarakatan), education (pendidikan) dan schooling (persekolahan).
Menurut Herskovits, bahwa enkulturasi berasal dari aspek-aspek dari pengalaman belajar yang memberi ciri khusus atau yang membedakan manusia dari makhluk lain dengan menggunakan pengalaman-pengalaman hidupnya.
Proses enkulturatif bersifat kompleks dan berlangsung hidup, tetapi proses tersebut berbeda-beda pada berbagai tahap dalam lingkaran kehidupan seorang. Enkulturasi terjadi secara agak dipaksakan selama awal masa kanak-kanak tetapi ketika mereka bertambah dewasa akan belajar secara lebih sadar untuk menerima atau menolak nilai-nilai atau anjuran-anjuran dari masyarakatnya. Bahwa tiap anak yang baru lahir memiliki serangkaian mekanisme biologis yang diwarisi, yang harus dirubah atau diawasi supaya sesuai dengan budaya masyarakatnya. Sosialisasi merupakan proses yang didapat dari interaksi antara satu orang dengan yang lain sehingga budaya akan tersalurkan sedikit demi sedikit dan bertahap. Proses pembentukan kebudayaan yang didapat melaui pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu formal, informal dan nonformal yang masing-masing aspek memiliki ruang lingkup sendiri-sendiri.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kesimpulan yang penulis peroleh dari makalah ini, yaitu :
1.      Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia, dan “logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
2.      Wiliam A. Haviland, Antropologi adalah studi tentang manusia, berusahamenyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusi adan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
3.      Masyarakat berhubungan dengan susunan dan proses hubungan antar manusia dan golongan, kebudayaan berhubungan dengan isi corak dengan hubungan yang ada. Karena itu, keduanya baik masyarakat dan kebudayaan penting bagi sosiologi dan antropologi.
4.      Teori-teori kebudayaan terdiri dari superorganik, konseptualis dan realis.
B.     SARAN
Seharusnya di sekolah-sekolah juga perlu mengembangkan antropologi pendidikan kurikulum agar anak didik serta pendidiknya mengerti dan paham asal-usul mengapa kebudayaan di sekeliling kita diadakan, apa makna dibalik kebudayaan tersebut, apa manfaat dari kebudayaan tersebut, relevankah kebudayaan itu dengan kehidupan dan kepercayaan umat manusia sebagai manusia yang beragama masa kini.
DAFTAR PUSTAKA

 Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
Siti Waridah Q & J. Sukardi-Isdiyono.2004. Sosiologi Kelas X SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 19
Wardi Bachtiar. Sosiologi Klasik.Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 22.
William A. Haviland terjemahan R. G. Seokadijo. 1988. Antropologi.Jakarta : Erlangga, hal. 9