Senin, 26 Maret 2012

makalh "KAJIAN ANTROPOLOGI DENGAN KEBERADAAN ANTROPOLOGI DI MASA KINI SERTA MASA YANG AKAN DATANG"


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari manusia. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri. Oleh karena itulah, antropolologi dipelajari untuk mengetahui gejala-gejala yang membuat perubahan sifat, keteraturan kehidupan dan sebab-sebab mengapa hal itu dapat terjadi. Kita akan memahami seberapa besar sumbangan antropologi baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat serta bagaimana peran antropologi di masa yang akan datang.
Oleh sebab itulah kita harus membahas tentang seluk beluk atntropologi agar kita mengerti dan paham mengapa antropologi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk dipelajari.
B.     TUJUAN
Kali ini penulis akan mengulas materi-materi tentang antropologi, antara lain :
1.      Deskripsi  antropologi
2.      Pengertian antropologi
3.      Definisi antropologi menurut para ahli
4.      Objek, tujuan dan cabang ilmu antropologi
5.      Tujuan antropologi sebagai ilmu
6.      Sejarah
7.      Antropologi masa kini
8.      Masa depan antropologi




BAB I
PEMBAHASAN
A.    DESKRIPSI  ANTROPOLOGI
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
B.     Pengertian ANTROPOLOGI
Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Anthropology. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.

C.    Definisi Antropologi menurut para ahli
Definisi tentang antropologi banyak dikemukakan oleh orang-orang yang mempelajari antropologi. Menurut Kartika S. Hardjanti (Materi Ajaran Antropologi pada Suspan Sesko Angkatan tahun 2007), antara lain :
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2.      David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
3.      Koentjayaningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
4.      Ralfh L Beals dan Harry Hoijen : 1954: 2
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan semua apa yang dikerjakannya.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Dengan, demikain antropologi merupakan hal yang mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia.Dapat dilihat dari perkembang pada masa saat ini, yang merupakan salah dari fenomena- fenomena yang terjadi ditengah- tengah masyarakat sekarang ini.

D.    Objek, Tujuan dan Cabang Ilmu Antropologi
Objek dari antropologi menurut Kartika S. Hardjanti (Materi Ajaran Antropologi pada Suspan Sesko Angkatan tahun 2007) adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.
Antropologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani. Kata Anthropos berarti mansia dan logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi, antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia. Hal ini sesuai dengan definisi yang diberikan oleh M.J. Herskovits (1955). Dia mengatakan bahwa anthropology is the science of man.
Pusat perhatian/tujuan antropologi ditujukan pada lima hal berikut ini :
a.       Masalah perkembangan manusia sebagai mahluk biologis.
b.      Masalah sejarah terjadinya aneka warna mahluk manusia dipandang dari sudut cirri-ciri tubuhnya.
c.       Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia.
d.      Masalah persebaran dari terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia.
e.       Masalah dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dan suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh bumi pada zaman sekarang.
Macam-macam jenis cabang disiplin ilmu anak turunan antropologi (Koentjaraningrat: 1981 hal. 25) :
1.      Antropologi Fisik
a.       Paleoantrologi adalah bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang asal usul atau terjadinya dan perkembangan mahkluk manusia. Obyek penelitiannya adalah fosil manusia (sisa-sisa tubuh manusia yang telah membatu) yang terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.
b.      Somatologi adalah bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang variasi atau keanekaragaman ras manusia melalui cirri-ciri tubuh manusia secara keseluruhan (ciri-ciri genotipe dan fenotipe)


2.      Antropologi Budaya
a.       Prehistori adalah yang mempelajari tentang sejarah manusia dan penyebarannya melalui obyek penelitian artefak (benda-benda peninggalan).
b.      Etnolinguistik antrologi adalah yang mempelajari timbulnya bahasa, bagaimana terjadinya variasi dalam bahasa serta penyebaran bahasa umat manusia di dunia.
c.       Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas-asas manusia dengan meneliti seperangkat pola kebudayaan suatu suku bangsa yang menyebar di seluruh dunia. Obyek penelitiannya adalah pola kelakuan masyarakat ( adat istiadat, kekerabatan, kesenian, dsb) serta dinamika kebudayaan ( perubahan, pelembagaan dan interaksi).
d.      Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi.
e.       Antropologi sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat manusia. Antropologi social sering kali disebut antropologi social budaya karena masyarakat dan budaya merupakan satu kesatuan system yang tidak terpisahkan.
Dalam perkembangan selanjutnya, antropologi sosial budaya bergerak pula di bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan, hukum, politik, dsb.  Sehingga berkembanglah antropologi spesialisasi yang pada aplikasinya memunculkan antropologi terapan. Antropologi Terapan adalah antropologi yang langsung diaplikasikan karena dibutuhkan untuk keperluan tertentu.
3.      Antropologi Spesialisasi
a.       Antropologi Perkotaan
b.      Antropologi Ekonomi
c.       Antropologi Politik
d.      Antropologi Pendidikan
e.       Antropologi Kesehatan
f.       Antropologi Kesehatan Jiwa
g.      Antropologi Kependudukan
h.      Antropologi Terapan
i.        Antropologi Sosial Budaya

E.     Tujuan Antropologi sebagai ilmu
Secara akademis, Antropologi berusaha mencapai sebuah pemahaman tentang manusia secara fisik, manusia dalam masyarakatnya, dan manusia dengan kebudayaannya. Secara praktis, Antropologi berusaha membangun suatu pandangan bahwa perbedaan manusia dan kebudayaannya merupakan suatu hal yang harus dapat diterima, bukan sebagai sumber konflik tetapi sebagai sumber pemahaman baru, agar secara terus-menerus manusia dapat merefleksikan dirinya. Secara praktis, kajian ilmu Antropologi dapat digunakan untuk membangun masyarakat dan kebudayaannya tanpa harus membuat masyarakat dan kebudayaan itu, kehilangan identitas atau tersingkir dari peradaban.

F.     Sejarah
Seperti halnya sosiologi, antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.
Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:
1.      Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
2.      Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3.      Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
4.      Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

G.    ANTROPOLOGI MASA KINI
Pebedaan-Perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah. Uraian mengenai keempat fase perkembangan ilmu antropologi di atas tadi adalah perlu untuk suatu pengertian tentang tujuan dan ruang-lingkupnya.
Antropologi di Amerika Serikat ilmu antropologi telah memakai dan mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan metode dari ilmu antropologi dalam fasenya yang pertama, kedua, ketiga, ditambah dengan berbagai spesialisasi.
Antropologi di Inggris serta negara-negara yang ada di bawah pengaruhnya, seperti Australia, Ilmu antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga masih dilakukan, tetapi dengan hilangnya daerah-daerah jajahan Inggris.
Antropologi di Eropa Tengah seperti Jerman, Austria dan swiss, hingga hanya kira-kira 15 tahun yang lalu ilmu antropologi di sana masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa untuk mencapai pengertian tentang sejarah.
Antropologi di Eropa Utara, di negara-negara Skandinavia, ilmu antropologi untuk sebagian bersifat akademikal seperti di Jerman dan Austria.
Antropologi di Uni Soviet perkembangan ilmu antropologi tidak banyak dikenal di pusat-pusat ilmiah lain di dunia, karena Uni Soviet hingga kira-kira sekitar tahun 1960 memang seolah-olah mengisolasikan diri dari dunia lainnya.

H.    MASA DEPAN ANTROPOLOGI
Setiap kajian antropologi yang pernah dilakukan selalu berusaha untuk memahami kebudayaan dari masyarakat yang dipelajarinya. Oleh karena itu, dalam antropologi, kebudayaan merupakan konsep sentral. Hanya dalam perkembangannya, kini konsep kebudayaan tidak sekedar merupakan alat untuk mendeskripsikan atau alat untuk mengumpulkan data-data kebudayaan tetapi lebih ke arah sebagai “alat analisis”.
Konsep yang mendasar dalam hal ini adalah “kebudayaan” dan “adaptasi”. Dalam hal ini, adaptasi adalah berkenaan dengan bagaimana manusia mengatur hidupnya untuk menghadapi berbagai kemungkinan di dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan-kebutuhan dan hambatan-hambatan dalam memenuhinya menuntut manusia untuk beradaptasi. Manusia harus mampu memelihara keseimbangan yang terus-menerus berubah antara kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan potensi yang terdapat di lingkungan di mana dia tinggal dan hidup. Menghadapi berbagai kemungkinan tersebut dalam menjalani hidup inilah yang menjadi tugas utama sebuah “kebudayaan”.
Kebudayaan memang tampaknya sangat stabil. Namun, sebenarnya, sedikit atau banyak, perubahan merupakan karakteristik utama dari semua kebudayaan. Baik itu kebudayaan dari masyarakat maju, maupun kebudayaan dari masyarakat yang sedang berkembang atau masyarakat tradisional. Selain itu, karena kebudayaan mempunyai tugas utama untuk membuat manusia sanggup menghadapi berbagai kemungkinan yang terus menerus berubah dalam menjalani hidup ini maka semua masyarakat manusia yang masih eksis di muka bumi ini mempunyai kebudayaan tanpa kecuali. Di samping itu, sudah selayaknya bila dikatakan bahwa kebudayaan tertentu adalah yang paling sesuai bagi masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu pula tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi atau lebih baik dari kebudayaan lainnya.
Sementara itu, sebuah kebudayaan juga perlu memelihara eksistensi dirinya. Kebudayaan, dalam menjaga keberlangsungannya adalah dengan cara menciptakan tradisi-tradisi, seperti yang terdapat pada berbagai pranata-pranata sosial yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Dengan kata lain, kebudayaan mengoperasionalkan model-model pengetahuan yang dimilikinya ke dalam pranata-pranata sosial. Ada pranata perkawinan, pranata agama, pranata pendidikan, pranata politik dan sebagainya.
Sedangkan hubungannya dengan “struktur sosial”, pranata-pranata sosial ini berfungsi sebagai pengontrol dalam menjaga keberlangsungan struktur-struktur sosial yang bersumber pada kebudayaan. Selain itu, kebudayaan memberi ‘warna’ atau ‘karakter’ terhadap struktur-struktur sosial yang ada sehingga struktur-struktur sosial yang terdapat pada kebudayaan tertentu akan tampak ‘khas’ bila dibandingkan dengan struktur-struktur sosial yang terdapat pada kebudayaan yang berbeda. Dengan demikian, struktur sosial merupakan ‘operasionalisasi’ dari pranata-pranata sosial – yang telah disesuaikan dengan lingkungan-lingkungan sosial yang ada dalam kehidupan nyata pendukung kebudayaan yang bersangkutan.


BAB III
KESIMPULAN
1.      Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal"). Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
2.      Menurut Koentjayaningrat, antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
3.      Pusat perhatian/tujuan antropologi ditujukan pada lima hal, yaitu : masalah perkembangan manusia sebagai mahluk biologis, masalah  sejarah terjadinya aneka warna mahluk manusia dipandang dari sudut cirri-ciri tubuhnya, masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia, masalah persebaran dari terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia, masalah dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dan suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh bumi pada zaman sekarang.
4.      Macam-macam jenis cabang disiplin ilmu anak turunan antropologi (Koentjaraningrat: 1981 hal. 25), yaitu : antropologi fisik, antropologi budaya dan antropologi spesialisasi.


DAFTAR PUSTAKA

——-, 1998.Pengantar Antropologi II, Pokok Pokok Etnografi. Jakarta : Rineka Cipta
Haviland, William, A.Antropologi, Jilid 1, terjemahan. Jakarta:  Erlangga
Ihromi, T.O., 1980. Pokok-Pokok Antropolog. Jakarta : PT Gramedia
Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi. Jakarta : PT  Rineka Cipta
Koentjaraningrat.1980.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Aksara Baru
 Koentjaraningrat.1990.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
http://en.wikipedia.org/wiki/Anthropology

Tidak ada komentar:

Posting Komentar